Close

Kunjungi Museum Cornelius Willem, Mukhtarudin Tekankan Pentingnya Pelestarian Sejarah Berbasis Digital

Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin, melakukan kunjungan ke Museum Sejarah Cornelius Willem di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Minggu (16/11/2025). Foto : Is

PANGKALAN BUN, BeritaBorneo24.com — Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin, melakukan kunjungan ke Museum Sejarah Cornelius Willem di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Minggu (16/11/2026). Dalam kunjungan bernuansa “pulang kampung” tersebut, ia menekankan pentingnya strategi baru untuk menjaga jejak perjuangan TNI Angkatan Udara di Kalimantan Tengah agar tidak hilang ditelan zaman.

Museum yang menyimpan berbagai koleksi penting—mulai dari artefak perintis, dokumentasi operasi udara, hingga arsip perjalanan Lanud Iskandar—dinilai Mukhtarudin sebagai ruang edukasi yang harus tetap relevan dan mudah diakses. Ia menegaskan bahwa museum tidak bisa hanya mengandalkan kunjungan fisik.

“Perubahan zaman menuntut akses informasi yang lebih cepat dan luas. Generasi muda sekarang lebih dekat dengan gawai daripada ruang pamer tradisional,” ujarnya.

Mukhtarudin mendorong pengelola museum mempercepat digitalisasi koleksi, mulai dari katalog virtual hingga tur daring berbasis multimedia. Menurutnya, upaya tersebut bukan hanya membuat museum lebih menarik bagi masyarakat lokal, tetapi juga bagi pekerja migran Indonesia di berbagai negara.

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan kekagumannya terhadap kelengkapan koleksi museum. Menyusuri ruang pamer, kata dia, memberi pengalaman emosional sekaligus pengingat pentingnya menjaga nilai perjuangan dan nasionalisme.

“Setiap sudut museum ini mengajak kita kembali memahami arti pengorbanan,” ucapnya.

Kunjungan Menteri Mukhtarudin turut didampingi Komandan Lanud Iskandar dan unsur TNI AU lainnya. Pihak pengelola museum menyambut baik dorongan digitalisasi karena dinilai sejalan dengan kebutuhan edukasi sejarah yang lebih modern.

Mukhtarudin berharap Museum Cornelius Willem dapat berkembang menjadi pusat literasi sejarah yang inklusif dan mudah dijangkau. “Jika nilai perjuangan ini bisa diakses dari mana saja, generasi kita bukan hanya mengenal sejarah, tetapi juga mencintai bangsanya,” pungkasnya. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a comment
scroll to top